Perkembangan Tari di Nusantara

Tari merupakan gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut  musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ini disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan atau senam.

Apresiasi seni adalah aktivitas mental yang mencakup penghargaan yang bersifat subjektif. Seni tari merupakan gerak yang mengandung makna simbol, yaitu gerak yang mengalami proses tertentu atau telah mengalami perubahan dari bentuk gerakan alami Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karya seni tari adalah gerakan-gerakan yang telah mengalami stimulasi dan ritmis.

Tari Nusantara sangat banyak dan beragam. Setiap tarian mempunyai cirri yang mencerminkan kekhasan daerah masing-masing. Ciri itu bisa dilihat dari ragam gerak, tat arias, tata busana. Perkembangan tari Nusantara daerah setempat berkaitan erat dengan sejarah perkembangan kerajaan yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi sebab tari pada mulanya tumbuh dalam lingkungan keraton. Raja dan penghuni keraton biasanya menyaksikan tarian sebagai pengisi hiburan. Berbagai bentuk tarian diciptakan oleh para koreografer istana yang mendapatkan fasilitas khusus untuk tinggal dan berekspresi di lingkungan istana, sehingga keberadaan tari terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Para pencipta tari mempunyai kebebesan untuk menciptakan gerak sesuai dengan keinginan masing-masing. Pada masa sekarang, banyak bermunculan sanggar-sanggar tari yang msih mengkhususkan diri untuk mengajarkan tarian tradisional. Keberadaan sanggar-sanggar tari ini jelas membantu bagi pelestarian tari tradisional.

Perkembangan Tari di Nusantara

Pada zaman kerajaan, tarian diciptakan untuk melengkapi upacara sakral kerajaan. Pengelompokanan tari kreasi daerah dapat ditelusuri berdasar sejarah atau periodisasi perkembangannya, yaitu sebagai berikut.

a) Sejarah Perkembangan Tari Tradisi

Perkembangan Tari di NusantaraTari Topeng dicatat sebagai cikal bakal tari tradisi di Jawa. Tari Topeng diperkirakan mengalami puncak perkembangan pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Negarakertagama, dijelaskan adanya atraksi besar-besaran tari dan nyanyian di Kerajaan Majapahit. Dijelaskan pula adanya tokoh-tokoh punakawan  dan beberapa penari menggunakan tutup kepala (irah-irahan) yang disebut tekes. Sampai sekarang, tekes digunakan pada semua Tari Tradisi Topeng, terutama Tari Topeng Panji.

Selanjutnya, Tari Topeng juga memperoleh perhatian dari Kerajaan Mataram tetapi, pada akhirnya tarian ini tersisihkan oleh Tari Bedhaya dan Tari Srimpi yang sekarang menjadi simbol keagungan dan budaya Kerajaan Mataram.

Pada tahun 1918, Pangeran Tedjo Kusuma dan Pangeran Suryadiningrat mendirikan sekolah yang bernama Sekolah Tari Krida Beksa Birama di Yogyakarta. Kreator terkemuka yang berasal dari sekolah ini diantaranya, Wisnoe Wardhana dan Bagong Kussudiardjo.

Pada tahun 1961 muncul seni tari Jawa baru yang disebut Sendratari Ballet Ramayana, istilah ini dibuat oleh G.P.H Jatikusumo. Dari sini, muncullah kreator tari diantaranya, Sardono W. Kusumo, Sal Mugiyanto, dan Retno Maruti.

Di Bali sekitar 1930-an, I Ketut Mario menciptakan gaya kebyar dalam karawitan dan Tari Bali.
Terdapat dua seniman legendaris di Priangan  yang mengembangkan Tari Kupu-Kupu dan Merak, yaitu Martakusuma dan Raden Tjetje Soemantri. Selanjutnya tari ini mengilhamkan terciptanya Tari Merak gaya Bagong Kussudiardjo dan S. Maridi (Surakarta). Tahun 1975-1980, Gugum Gumbira menciptakan Tari Ketuk Tilu menjadi Tari Jaipongan.

Tokoh lainnya yang menciptakan tari kreasi diantaranya Suprapto Suryodarmono dan Sardono W. Kusumo yang menggunakan spirit . Di Yogyakarta muncul Ben Suharto (alm) yang menggunakan konsep Mandala. Di Solo, Gendhon Humardani melakukan perubahan besar-besaran pada seni tari. Contohnya, pemadatan koreografi Tari Gambyong, Adaniggar, Bedhaya, Srimpi, dll.

b) Sejarah Perkembangan Tari Kreasi Baru

Diawali oleh I Ketut Mario tahun 1930-an, Bagong Kussudiardjo dan Wisnoe Wardhana tahun 1950-1958. Terdapat juga seniman baru, seperti Sal Murgiyanto, I Wayan Dibya, Gusmiati Suid, Endo Suanda, dan Sardono W. Kusumo.
Awalnya tema diambil dari derakan dasar tari tradisi. Namun, perkembangan selanjutnya tema diambil dari kejadian nyata yang tengah berkembang di masyarakat.

Pembaruan tari di Indonesia terus berkembang, terutama setelah para senior menimba ilmu di Amerika. Karya tari hasil pembaruan mereka, diantaranya Bedhaya Gendheng , dan Lorong karya Bagong Kussudiardjo. Selain itu, Meta Ekologi dan Hutan Plastik karya Sardono W. Kusumo.

c) Sejarah dan Perkembangan Tari Kontemporer

Sejarah perkembangan tari kontemporer dimulai menjelang dasawarsa akhir 70-an. Diperkenalkan oleh individu dan perguruan tinggi, seperti STSI Surakarta, dan ASTI Yogyakarta. Selain itu terdapat event-event yang mendukung perkembangan tari kontemporer.
LihatTutupKomentar