Tari Tradisional Kalimantan Barat : Jepin Gerangkang

Tari Jepin Gerangkang merupakan pengaruh dari kebudayaan Arab dan adalah tari tradisi Melayu yang berkembang di Kalimantan Barat satu diantaranya di daerah Batu Layang Kota Pontianak. Diperkirakan tari Jepin Gerangkang mulai berkembang tahun era 1740-an sampai dengan era 1970-an. Pada masa era nya, tari Jepin ini adalah media hiburan untuk berdakwah. Tari Jepin Gerangkang ini juga adalah satu diantara motif dari tari Jepin Tali. Disebut dengan Jepin Gerangkang sebab tarian ini menggunakan properti tali yang membentuk pola ikat berbentuk sarang laba-laba,kata Gerangkang sendiri mempunyai arti yaitu laba-laba. Tari Jepin ini mempunyai filosofi sebagai suatu benteng pertahanan dalam melawan musuh.

Penari dalam tari Jepin Gerangkang berjumlah ganjil dan tidak boleh genap. Hal ini dikarenakan properti tali yang digunakan pada tari Jepin ini berjumlah sembilan tali, agar anyaman simbol pola ikatnya yang di inginkan berbentuk sempurna. Tari Jepin Gerangkang mempunyai sebelas gerakan, satu di antara gerakan ada sembilan langkah dasar yang digunakan untuk tari Jepin Gerangkang. Adapun nama-nama sembilan langkah dasar dalam tari Jepin Gerangkang, langkah bismillah/ awal, langkah bujur, langkah simpang, langkah serong, langkah sorong jarum, langkah tahto, langkah gantung, langkah biasa, dan langkah gencat.

Tari Tradisional Kalimantan Barat : Jepin GerangkangPeneliti memilih mengkaji nilai sosial yang terdapat dalam simbol pola ikat tari Jepin Gerangkang sebagai fokus penelitian ini. Ada pun beberapa pertimbangannya pertama sebab rasa keingin tahuan peneliti mengenai tari Jepin Gerangkang baik itu gerakannya atau makna tari yang terdapat dalam tari Jepin ini, dan tari ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat umum atau khusus dalam bidang seni tari, dan juga kurangnya penulisan atau pendokumentasian pada tari tradisi yang ada di Kalimantan Barat. Kedua dalam sebuah tarian tidak hanya sekedar menghibur, memilki makna simbol, dan makna gerak yang terdapat nilai estetika saja, akan tetapi juga mempunyai nilai-nilai berbudi luhur lainnya contohnya adalah nilai sosial.

Nilai berfungsi sebagai memberi isi pada kehidupan manusia, dan memberi arah atau tujuan untuk menentukan suatu kehidupan manusia mana baik dan mana buruk pada tingkat kemanusiaan. Menurut Ranjabar (2006:116) nilai itu adalah gabungan semua unsur kebudayaan yang dianggap baik atau buruk dalam suatu masyarakat, sebab itu pula masyarakat mendorong dan mengharuskan warganya untuk menghayati dan mengamalkan nilai yang dianggap ideal. Oleh sebab itu di butuhkan nilai yang berfungsi sebagai memberi arah suatu pandangan hidup masyarakat tentang sesuatu baik, menarik, serta memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakat agar tidak salah dalam pandangan hidup.

Nilai terbagi atas beberapa macam satu di antaranya adalah nilai sosial. Nilai sosial ada sebab manusia memerlukan nilai sosial itu sebagai kebutuhan rohani manusia sebagai mahluk sosial dan berbudaya, yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk mengatur hidup manusia dengan aturan-aturan yang tepat. Menurut Muin (2006:47) nilai sosial adalah kualitas perilaku, pikiran, dan karakter yang dianggap masyarakat baik dan benar, hasilnya diinginkan dan layak ditiru oleh orang lain. Nilai sosial adalah pandangan hidup yang memiliki tujuan baik dalam berinteraksi antara satu individu dengan individu lainnya, individu dengan suatu kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok lainnya.

Pada simbol pola ikat terdapat dua hubungan nilai sosial, yakni hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungan alam. Mengenai hubungan simbol pola ikat dengan nilai sosial pada hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam, dikarenakan pada simbol pola ikatnya yang berbentuk sarang laba-laba mempunyai makna hubungan nilai sosial pada manusia. Contohnya pada jaringnya yang berbentuk pola lingkaran, yang menggambarkan kebersamaan dan kesatuan dalam berinteraksi manusia dengan masyarakat. Sedangkan hubungan nilai sosial manusia dengan lingkungan alam menurut sejarah munculnya tari Jepin Gerangkang dikarenakan adanya rasa kasih sayang dan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian Gerangkang. Rasa kasih sayang dan tanggung jawab adalah satu diantara contoh dari nilai sosial.

Tari Jepin Gerangkang mengalami masa-masa kejayaannya pada tahun era 1940an hingga 1970an dan mengalami masa kemunduran pada tahun 1990 hinggan 2000an. Tari Jepin Gerangkang adalah tarian berkelompok, tari Jepin ini dapat ditarikan oleh wanita dengan wanita, pria dengan pria, atau wanita dengan pria. Tari Jepin ini lebih mengedepankan gerakan pada kaki dan kelincahan saat menganyam pola ikat.

Pada tari tradisi dalam struktur gerak tarinya terdiri dari tiga bagian yaitu awal, tengah, dan akhir. Sama halnya dengan tari Jepin Gerangkang yang terdiri dari gerak awal, gerak tengah, dan gerak akhir. Paparan tentang struktur penyajian gerak tari yang terdiri dari gerak awal, gerak tengah, dan gerak penutup akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Gerak Awal

Gerak awal adalah gerakan untuk memulai tari Jepin Gerangkang, adapun gerakan itu gerakan membawa tali yang telah disusun di tempatnya yang berbentuk lingkaran menuju ketengah panggung, pembawa tali dalam garapan ini hanya satu orang saja. Gerakan itu diawali dengan berdiri di belakang lalu berjalan menuju ke tengah panggung dan meletakkan properti tali itu ke tengah. Setelah meletakkan tali itu, gerakan selanjutnya membungkukan badan dan penari lainnya memasuki panggung juga dengan membungkukan badan. Gerakan itu memiliki tujuan untuk hormat atau salam pembuka sebelum menarikan tari Jepin ini. Pada gerakan awal, penari banyak menggunakan langkah jepin, seperti langkah bujur, langkah biasa, langkah awal, langkah simpang, langkah serong dan langkah sorong jarum.

2. Gerak Tengah

Gerak tengah di tari Jepin Gerangkang adalah gerakan menganyam atau mengikat pola tali. Pada gerakan ini mempunyai tiga langkah yang khusus dalam mengikat tanpa adany pengembangan gerak, gerak itu terdiri dari langkah tahto, langkah gantung, dan langkah gencat. Berikut paparan tentang langkah-langkah gerak pada gerak tengah tari Jepin Gerangkang.

a. Langkah Tahto

Langkah tahto di tari Jepin Gerangkang terdapat di tengah gerak dan akhir gerak tahto di bagian tengah mengarahkan pada gerak penghubung awal mengambil tali dengan menganyam tali, sedangkan tahto akhir mengarahkan gerak selesai menganyam, dan membuka tali. Langkah ini adalah satu contoh dari gerak maknawi, sebab pada gerakan ini terdapat makna yang ingin disampaikan, yakni kegembiraan seseorang dalam menari.

Gerakan pada langkah tahto terdapat lima gerakan, yakni jongkok, menghentak pada kaki, membungkuk, loncat, dan berputar. Gerakan langkah ini hanya bergerak di tempat saja, sebab langkah tahto tidak menggunakan ruang yang besar, dan dalam ritme tari yang digunakan langkah tahto menggunakan ritme gerak yang sedang, sebab menyesuaikan irama musik beruas yang menggunakan tempo sedang. Hitungan langkah tahto yang digunakan pada tari Jepin Gerangkang adalah 3 x 8 hitungan, dan level gerak yang digunakan ada 3 level yaitu level tinggi, medium, dan rendah.

b. Langkah Gantung

Langkah gantung di tari Jepin Gerangkang terletak di bagian gerak menganyam, yakni saat proses menunggu menganyam, membuka anyaman, dan berpindah tempat antar delapan penari. Gerak langkah gantung termasuk contoh dari gerak murni, sebab gerak ini tidak mempunyai makna gerak hanya mempunyai unsur keindahan saja. Gerakan langkah gantung pada tari Jepin Gerangkang hanya bergerak melompat di tempat saja, dengan bergerak ke samping kiri dan kanan badan sambil memegang tali. Saat penari bergerak menghadap ke arah kanan badan, maka kaki kiri di angkat ke samping dan membentuk siku-siku, dengan gerakan melompat, dan sebaliknya saat penari bergerak menghadap ke arah kiri badan, maka kaki kanan di angkat ke samping dan membentuk siku-siku. Hitungan langkah gantung yang digunakan pada tari Jepin Gerangkang menggunkan hitungan 4 x 8 ditempat dan berpindah posisi antara penari hitungan ganjil dengan yang genap 2 x 8 dengan ritme yang sedang. Elemen dasar yang terdapat pada langkah gantung terdiri dari level dan desain. Level yang digunakan banyak menggunakan level tinggi, dan desain yang digunakan adalah desain sudut pada bagian kaki. Rasa seorang penari menggerakan langkah gantung yaitu gembira, sebab gerakan itu banyak menggunakan lompatan.

c. Langkah Gencat

Langkah gencat adalah langkah duble step, yakni gerakan melangkah pada kaki sebanyak dua kali. Langkah gencat pada tari Jepin Gerangkang di gerakan pada saat menganyam pola ikat dan membuka anyaman. Saat menganyam pola ikat hanya satu penari saja yang menggunakan langkah ini, sedangkan saat membuka anyaman semua penari menggunakan langkah ini. Untuk membuka anyaman, digunakan saat berpindah posisi antara penari hitungan ganjil dengan penari hitungan genap. Langkah gencat adalah contoh gerak murni yang diambil dari gerakkan sehari-hari, yaitu gerak melangkah oleh sebab itu langkah ini tidak mempunyai makna, hanya memberikan unsur nilai keindahan saja pada saat melangkah.

Hitungan yang digunkan langkah gencat pada tari Jepin Gerangkang, menggunkan hitungan 1 x 8 untuk posisi berpindah tempat saat membuka simpulan tali dan 4 x 8 untuk satu penari saat membuka anyaman. Elemen yang yang digunakan pada langkah ini menggunakan level tinggi pada bagian tubuh dan saat bergerak melangkah, ritme yang digunakan ritme cepat. Hitungan 1, 2, 5, dan 6 telapak kaki diangkat ke atas dengan bertumpu pada tumit,sedangkan pada hitungan ke 3, 4, 7, dan 8 telapak kaki menapak ke lantai disertai dengan gerak melangkah.

3. Gerak Akhir (Penutup)

Untuk mengakhiri sebuah tarian diperlukannya gerak penutup sebagai tanda selesai. Pada gerak akhir atau gerak penutup di tari Jepin Gerangkang adalah gerakan membuka anyaman pola ikat, dengan menggunakan tiga langkah pada gerak tengah. Perbedaanya ialah pada gerak akhir ini, penari bergerak berlawanan arah dari gerak saat menganyam pola ikat. Setelah membuka anyaman penari bergerak gerakan tahtim sambil berkumpul untuk menaruh tali ke tengah, selanjutnya penari bergerak memberi salam penutup dengan bergerak hormat badan menunduk ke bawah.

Dikutip dari :

KAJIAN NILAI SOSIAL DALAM POLA IKAT TALI TARI JEPIN GERANGKANG DI BATU LAYANG
Imas Hadfridar, Ismunandar, Imma Frestisari
Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan

LihatTutupKomentar