Klasifikasi Jenis-jenis Gaya Lukisan


Jika dilihat dari sisi teknis, pengertian lukisan adalah penggunaan pigmen atau warna dengan menggunakan bahan pelarut yang dibubuhkan di atas permukaan bidang dasar sebagai media untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, tekstur, gerakan, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang bersifat emosional, intelektual, simbolik, relegius, dan lain sebagainya.

Secara lebih terperinci dan cermat Herbert Read dalam bukunya Education Trhough Art, mendasarkan klasifikasi empirisnya untuk membedakan gaya lukisan para peserta didik. Setelah meneliti ribuan gambar dari berbagai tipe sekolah dia mengklasifikasikan adanya 12 kategori lukisan, yang secara singkat akan dijelaskan di bawah ini.

1. Organik
Pelukisannya sangat visual dan menunjukkan hubungan dengan objek-objek eksternal, sebagai hasil pengamatan yang intensif pada proporsi alam dalam kesatuannya yang organis. Sehingga lukisannya tampak realistis.
Klasifikasi Jenis-jenis Gaya Lukisan

2. Liris
Wujud lukisannya sama realistisnya dengan organik, tetapi lebih menyukai objek-objek lukisan yang statis, diam, seperti halnya objek alam benda, still life, adalah karakteristik lukisan peserta didik perempuan.

3. Impresionis
Wujud lukisan lebih banyak sekedar melukiskan hasil penangkapan kesan sesaat pada situasi objek secara cepat, kurang menunjukkan perhatian pada penyelesaian bagian-bagian rinci, detail, dan objek.

4. Ritmis
Wujud lukisannya tidak menampilkan motif-motif bentuk visual. Bentuk-bentuk alam tidak digambarkan secara imitatif, tidak ditiru dengan persis, tetapi dengan distorsi menjadi motif-motif yang diulang-ulangi secara ritmis dengan berbagai variasi, sehingga memenuhi bidang lukisan.

5. Strukturalis
Di sini nampak kecenderungan peserta didik untuk mendeformasi objek menjadi bentuk-bentuk geometrik, walaupun tema-temanya masih berorientasi kepada gejala objektif. Stilisasi sebuah tema adalah hasil pengamatan pada pola-pola bentuk sebagai struktur objek visual. Pada biasanya peserta didik tidak memanfaatkan bentuk-bentuk alami untuk menciptakan pola atau motif lukisannya.

6. Skematik
Menggunakan bentuk-bentuk
geometrik, tetapi lepas sama sekali dengan struktur organis objek alam. Bentuk-bentuk bagan seperti periode awal anak melukis secara konsisten dipergunakan, lebih sebagai desain simbolik dari pada penggambaran bagan secara realistik.

7. Haptic (ekspresi aspek internal subyektif).
Menunjukkan sikap pelukisan yang tidak mendasarkan pengamatan visual pada objek eksternal, melainkan representasi citra non visual dari dunia internal seorang peserta didik.

8. Ekspresionis
Di sini terdapat kecenderungan untuk mendistorsi bentuk dan warna objek untuk mengungkapkan sensasi internal-subjektif peserta didik secara spontan.Ekspresionisme, faktor ekspresi lebih menonjol dari pada faktor peniruan rupa manusia.

9. Enumeratif
Menunjukkan pelukisan objek dengan merekam tiap bagian objek serinci mungkin yang dapat dilihat dan diingat, lalu menempatkannya dalam satu struktur yang kurang organis. Efek lukisannya kurang menunjukkan ciri realisme sesuai dengan pengamatan visual, bersifat linier dan tidak mengesankan plasitisitas bentuk, dapat dikatakan sejenis realismenya gambar arsitektur.

10. Dekoratif
Di sini peserta didik memanfaatkan sifat-sifat dua dimensional, baik dalam penampilan tema, bentuk, dan pewarnaan yang bersifat datar, tidak menampilkan ilusi ruang.

11. Romantik
Di sini peserta didik mengambil tema-tema kehidupan, tetapi diintensifkan dengan fantasinya sendiri, lalu dipadukan dengan rekonstruksi ingatan dan kenangannya pada sesuatu yang berhubungan dengan tema itu.

12. Naratif
Di sini peserta didik menggunakan tema-tema ceritera atau dongeng, mungkin yang diperoleh dari guru atau yang didapat sendiri dari bacaan-bacaan dan diungkapkan kembali lewat bentuk dan warna.
LihatTutupKomentar