Unsur-unsur Pemeranan dalam Seni Teater


Apa yang wajib kamu lakukan agar pemeranan kamu, dapat mempesona ? Modal dasar seorang pemeran tidak sebatas penguasaan tubuh, ekspresi mimik, penghayatan, suara dan kemampuan pikir yang wajib dimiliki, tetapi dalam pembelajaran seni peran perlu ditunjang dengan pengetahuan dan pemahaman pada unsur -unsur lain sebagai penunjang pemeranan didalamnya, yaitu cerita atau naskah, rias, busana, asesori (kostum), peralatan, irama permainan atau kepekaan musikalitas dan kepekaan ruang (tempat bermain peran).

Pentingnya unsur-unsur pemeranan dimaksud adalah untuk memberikan kesempurnaan dan totalitas ekspresi watak tokoh dan pesan moral yang diungkapkan seorang pemeran dalam suatu hubungan. Hubungan pemeranan yang dimaksud bahwa seorang pemeran tidak diam saja, duduk tertidur, berdiri kaku, melangkah seenaknya dan berbuat sekehendak hati tanpa dorongan dan motivasi yang jelas dalam menciptakan irama permainan secara bersama dan bekerjasama dengan kedatangan tokoh dan atau unsur artistik lainnya. Perlu kalian ingat kembali, inti dari seni teater adanya tokoh, pemeran, pelaku dengan media utamanya manusia. Inti dari cerita yang disampaikan tokoh adalah konflik atau pertentangan yang dijalankan oleh susunan cerita dalam hubungan sebab dan akibat (plot cerita) dengan mengusung tema cerita, yaitu pertentangan; tokoh utama dengan tokoh yang lainnya (heroic), tokoh utama dengan dirinya sendiri (psikologi), pertentangan dengan lingkungannya (social) dan pertentangan dengan keyakinannnya (religi). Tema-tema cerita itu menjadi unsur penting dalam penulisan naskah lakon atau drama atau seni teater. Terutama pada bentuk pertunjukan teater non tradisional.
Unsur Pemeranan dalam Seni Teater

Kata lakon sama halnya dengan istilah ‘ngalalakon-boga lalakon’ (dalam, Bahasa Sunda), atau ‘ngelelakon’ (dalam, Bahasa Jawa) artinya melakukan, melakoni cerita yang dilakukan seorang tokoh, biasanya tokoh atau pemeran utama dengan kata-kata (verbal) atau tanpa berkata-kata (non verbal) dalam suatu peran yang dibawakan.

1.Lakon

Kedudukan lakon, cerita atau naskah adalah unsur penting dalam seni teater sebagai nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin hubungan cerita (struktur cerita) melalui tokoh atau peran yang dibawakan seorang pemeran. Lakon, cerita atau naskah adalah hasil karya pemeran, seniman dan atau sastrawan yang diwujudkan atau diangkat ke atas pentas seni teater, baik pertunjukan langsung atau tidak langsung (seni rekam), yakni; Sinematografi, TV Play, Sandiwara Radio dan Film. Karena tidak semua kreator teater (drama) mampu menulis naskah atau lakon atau skenografi sendiri, oleh sebab itu, naskah atau lakon yang ditulis orang lain (pengarang) di mata seniman teater adalah bahan baku atau sumber ide, gagasan dan pesan moral yang mengilhami untuk berkreativitas melalui karya teater.

Penulisan naskah atau lakon teater, baik pertunjukan teater panggung, sinetron, film dan radio mempunyai kekhasan tersendiri. Pemilihan tema dan panjang pendeknya cerita sangat tergantung pada babak, serial, episodic naskah dari ketertarikan setiap orang termasuk kalian (bersifat personal) dalam memahami: isi cerita, struktur cerita dan unsur-unsur cerita untuk dijadikan subjek karya teater. Dasar pemilihan naskah atau cerita yang akan diangkat ke atas pentas pertunjukan teater wajib bersikap hati-hati sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaan kamu. Naskah yang ada yang kalian baca secara tematik belum tentu sesuai dengan tingkat perkembangan kalian dan penonton yang akan diundang. Oleh sebab itu wajib bersikap selektif dan perlu kalian pertimbangkan baik buruknya, mudah sukarnya dalam pewujudannya.

Sumber-sumber cerita atau naskah atau lakon dapat kalian peroleh melalui: cerita-cerita fiksi, cerita sejarah, cerita–cerita daerah Nusantara atau cerita Jawa Barat lebih khususnya. dll. Sumber cerita Teater remaja dengan sarat nilai pendidikan terdapat pada dongeng binatang, fable (Si Kancil, Sang Harimau, dll.), kisah 1001 malam (Lampu Aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dll.), legenda (Sangkuriang, Sangmanarah, Lutungkasarung dll.), sejarah (Pangeran Borosngora, Pangeran Gesan Ulun, Pangeran Kornel, Wali Songo, dst.).

2.Unsur Penokohan dan Perwatakan

Penokohan atau kedudukan Tokoh yang disajikan oleh seorang dan atau beberapa pemeran adalah unsur penting dalam pemeranan berasal dari lakon, cerita, naskah yang ditulis atau tidak ditulis oleh seorang pengarang.

Penokohan didalam seni teater dapat dibagi dalam beberapa kedudukan tokoh atau peran, antara lain: Protagonis, Antagoni, Deutragonis, Foil, Tetragoni, Confident, Raisonneur dan Utility.

  1. Protagonis adalah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama adalah memainkan cerita hingga cerita mempunyai peristiwa dramatis (konflik pertentangan)
  2. Antagonis adalah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh berlawanan adalah yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. Tokoh Antagonis dan Protagonis biasanya mempunyai kekuatan yang sama, artinya sebanding menurut kacamata kelogisan cerita di dalam membangun keutuhan cerita.
  3. Deutragonis adalah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat kepada tokoh utama.
  4. Foil adalah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh Antagonis dalam menghambat itikad tokoh utama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat memperburuk kondisi kepada tokoh Antagonis.
  5. Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik.
  6. Confident adalah tokoh yang menjadi tempat pengutaraan tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama itu pada biasanya tidak boleh diketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh itu dan penonton.
  7. Raisonneur, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton.
  8. Utilitty, adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih. Tokoh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedudukan tokoh Utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggembira atau hanya sebatas pelengkap saja, Artinya, kedatangan tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tak akan mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan peristiwa yang dibangun.


Perwatakan atau watak tokoh atau karakteristik yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon, dihadirkan pengarang adalah ciri-ciri, tanda-tanda, identitas secara khusus bersifat pencitraan sebagai simbol yang dihadirkan tokoh, berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual dan religi. Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, camat, bupati, gubernur, direktur atau presiden.

Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup lakon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, pelajar, mahasiswa, penggangguran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, ulama, Ustad, Ustadzah, mantri, kepala desa, camat, bupati, gubernur, direktur atau presiden.

Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus mengenai jenis kelamin (laki perempuan atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lembek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat. Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus tentang hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depresi, traumatic, penyimpangan seksual, mudah lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, dan dermawan.

Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus tentang hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam mengambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggungjawab. Misalnya, kecerdasan (pandai-bodoh, cepat tanggap-masa bodoh, tegas-kaku, lambat-cepat berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggungjawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar). Unsur pemeranan selanjutnya adalah tubuh pemeran sebagai media ungkap wujud fisik dengan kelenturan dan ekspresi tubuhnya.

3.Unsur Tubuh

Tubuh dengan seperangkat anggota badan dan ekspresi wajah adalah unsur penting yang perlu dilakukan pengolahan atau pelatihan agar tubuh kalian memiliki; stamina yang kuat, kelenturan tubuh dan daya refleks atau kepekaan tubuh. Untuk mendapat tujuan dimaksud secara maksimal, bahwa seorang pemeran wajib rajin dan disiplin melaksanakan olah tubuh sebagai materi penting yang akan dibahas melalui teknik pemeranan. Disamping mempunyai kemampuan tubuh yang memadai untuk seorang pemeran, jangan lupa kalian harus sadar akan potensi kalian dalam hal memfungsikan unsur suara atau vokal.

4.Unsur Suara

Suara atau bunyi yang dikeluarkan indra mulut dan hidung melalui rongga dan pita suara adalah salah satu unsur pemeranan yang berfungsi untuk penyampaian pesan pemeranan melalui bahasa verbal atau pengucapan kata-kata. Unsur suara sebagai sarana dalam pemeranan seni teater agar berfungsi dengan baik, dan mempunyai manfaat ganda dalam menunjang seni peran perlu dilakukan pengolahan berupa pelatihan pada unsur-unsur anggota tubuh yang terkait dengan pernapasan dan pengucapan melalui teknik pemeranan.

5.Unsur Penghayatan

Penghayatan adalah penjiwaan, mengisi suasana perasaan hati, kedalaman sukma yang digali dan dilakukan seorang pemeran saat membawakan pemeranannya di atas pentas. Unsur penghayatan dalam seni peran perlu memperoleh perhatian khusus, sebab setiap pemeran dalam membawakan pemeranannya akan terasa berbeda. Sekalipun berasal penokohan yang sama dari naskah yang sama. Hal ini, sangat tergantung pada sejauhmana upaya pengalaman pemeranan dalam mengasah kepekaan sukmanya sehingga memunculkan kesadaran rasa simpati dan empati diri sendiri pada orang lain dan kepekaan menanggapi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Latihan untuk mendapat kepekaan rasa atau sukma atau pengaturan emosi untuk seorang pemeran dapat dilakukan melalui teknik olah rasa yang akan dibahas pada sub bab pemeranan selanjutnya.

6.Unsur Ruang

Ruang dalam pemeranan adalah unsur yang menunjukan tentang; ruang yang diciptakan pemeran dalam bentuk mengolah posisi tubuh dengan jarak rentangan tangan dengan anggota badannya; lebar (gerak besar), sedang (gerak wajar), kecil (gerak menciut). Contohnya, gerak besar, biasanya pemeran mendapat suasana; angkuh, sombong, menguasai, agung, kebahagiaan, perpedaan status, dan atau marah dst. Adapun, ruang wajar dan bersahaja biasanya dilakukan seorang pemeran pada suasana; akrab, bersahaja, status sama, damai, tenang dan nyaman. Ruang pemeranan yang dibangun seorang pemeran dengan gerak atau respon kecil, biasanya dilakukan dalam suasana: tertekan, sedih, takut, mengabdi, dan budak.

Memahami pengertian ruang biasanya adalah tempat, area, wilayah untuk bermain peran dalam melaksanakan gerak diam (pose) atau gerak berpindah (movement). Hal ini dapat dilakukan dengan pengolahan pada irama gerak langkah (cepat, lambat dan sedang), garis dan arah langkah (horizontal, vertikal, diagonal, zigzag, melingkar dan berputar atau melingkar dalam suatu adegan peran.

7.Unsur Kostum

Pengertian kostum dalam seni peran adalah semua perlengkapan yang dikenakan, menempel, melekat, mendandani untuk memperindah tubuh pemeran pada wujud lahiriah dalam aksi pemeranan di atas pentas. Kostum meliputi unsur ; rias, busana, dan asesori sebagai penguat, memperjelas watak tokoh, baik secara fisikal, psikis, moral atau status sosial. Contohnya dalam berpakaian, seperti; Polisi, Tentara, Hansip, Satpam, Guru, Kepala Desa, Pejabat, Rakyat, Pengemis, Wadam, dan Anak Sekolah.

8.Unsur Property

Pemahaman Property dalam pemeranan adalah semua peralatan yang digunakan pemeran, baik yang dikenakan atau yang tidak melekat ditubuh, tetapi dapat diolah dengan menggunakan tangan (handprop) dan berfungsi untuk penguat watak atau karakter seorang pemeran, seperti : tas, topi, cangklong, tongkat, pentungan, kipas, panah dan busur, dan golok.

9.Unsur Musikal

Unsur musikal atau unsur pengisi, penguat, pembangun suasana laku pemeranan di atas pentas, meliputi; irama suasana hati atau sukma dalam membangun irama permainan dengan lawan main, irama vocal, suara pengucapan (Opera, Gending Karesmen, dan Wayang Wong) sang pemain, atau aktor, dan irama musik sebagai penguat karakter tokoh (Cepot, Bodor, Semar, dan Raja.) berupa; gending, musik, suara atau bunyi dan efek audio, baik melalui iringan musik langsung (live) atau musik rekaman (playback), contohnya; Musik Kabaret, dan Musik Operet.

Setelah kalian belajar mengenai aspek pemeranan, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
  1. Apa saja yang termasuk unsur pemeranan dalam seni teater?
  2. Apa perbedaan penokohan dan perwatakan di dalam seni peran?
  3. Apa yang dapat kalian lakukan setelah kalian mengetahui dan memahami unsur-unsur pemeranan?
Kamu telah mengetahui dan memahami unsur–unsur pemeranan sebagai pengalaman kalian dalam meningkatkan kualitas pengalaman belajar dalam memfungsikan potensi; wiraga, wirahma, wirasa dan wicara. Pembelajaran selanjutnya kalian diharapkan dapat mengolah potensi utama seni peran, melalui praktik dan latihan Teknik Pemeranan dengan terstruktur dan terbimbing dengan guru agar kalian memiliki penguatan dan kepekaan dalam bermain seni peran!
LihatTutupKomentar